
PENGADILAN Kolombia menjatuhkan putusan bersalah kepada Álvaro Uribe atas tuduhan merintangi keadilan dengan memanipulasi saksi. Putusan ini menjadikannya mantan presiden pertama dalam sejarah Kolombia yang dinyatakan bersalah melakukan kejahatan.
Uribe (73), yang menjabat sebagai Presiden Kolombia dari 2002 hingga 2010, dinyatakan bersalah karena berupaya membujuk sejumlah saksi agar memberikan kesaksian palsu dalam sebuah kasus yang menjerat dirinya. Meski menghadapi ancaman hukuman hingga 12 tahun penjara, pengadilan belum menjatuhkan vonis hukuman secara resmi.
Putusan ini menandai babak baru dalam perjalanan hukum Uribe, yang juga menjadi mantan presiden pertama Kolombia yang diseret ke meja hijau. Selama pembacaan putusan yang ia ikuti secara virtual, Uribe tampak menggelengkan kepala berkali-kali.
Berawal dari Tuduhan Terhadap Senator Oposisi
Kasus ini bermula tahun 2012, ketika Uribe menuduh senator sayap kiri, Iván Cepeda, menyebarkan informasi palsu. Informasi yang mengaitkan dirinya dengan kelompok paramiliter sayap kanan dalam konflik bersenjata berkepanjangan di Kolombia.
Namun, Mahkamah Agung menolak tuduhan Uribe dan justru membalikkan arah penyelidikan ke dirinya. Dalam proses selanjutnya, Uribe diduga menghubungi mantan kombatan paramiliter yang dipenjara dan meminta mereka memberikan kesaksian yang menguntungkan dirinya. Ia membantah tuduhan tersebut dan mengklaim hanya ingin mereka “berbicara jujur.”
Latar Belakang dan Warisan Politik Uribe
Álvaro Uribe dikenal sebagai tokoh konservatif dan sangat populer di kalangan rakyat Kolombia, terutama karena kampanye militernya yang agresif melawan kelompok FARC dan kartel narkoba. FARC sendiri menandatangani perjanjian damai pada 2016 dengan penerus Uribe, Juan Manuel Santos.
Meski terjerat kasus hukum, survei menunjukkan Uribe masih menjadi salah satu tokoh politik paling dipercaya di Kolombia. Ribuan pendukungnya bahkan turun ke jalan pada 2019 ketika ia pertama kali didakwa.
Penyelidikan terhadap Uribe dimulai pada 2018, namun mengalami berbagai dinamika, termasuk upaya dari beberapa jaksa agung untuk menutup kasus ini. Kasus ini kembali menguat di bawah Jaksa Agung Luz Camargo, yang ditunjuk oleh Presiden Kolombia saat ini, Gustavo Petro, mantan gerilyawan kiri yang dikenal sebagai rival politik utama Uribe.
Sidang resmi dimulai pada Mei 2024 dengan lebih dari 90 orang saksi. Salah satu saksi ialah mantan kombatan paramiliter yang mengaku dihubungi langsung Uribe.
Tuduhan Lain dan Pengadilan Internasional
Selain kasus ini, Uribe juga tengah diselidiki dalam dugaan keterlibatan pembantaian oleh kelompok paramiliter terhadap para petani kecil di Antioquia pada 1997, saat ia menjabat sebagai gubernur daerah tersebut.
Tak hanya itu, sebuah gugatan juga telah diajukan terhadapnya di Argentina berdasarkan prinsip yurisdiksi universal. Gugatan tersebut berkaitan dengan dugaan keterlibatan Uribe dalam lebih dari 6.000 kasus eksekusi dan penghilangan paksa oleh militer saat ia menjabat sebagai presiden.
Uribe secara konsisten menyebut semua tuduhan terhadapnya sebagai “balas dendam politik.” Dalam pidato selama satu jam di kampung halamannya, Medellín, sehari sebelum putusan, ia kembali mengkritik pemerintahan Presiden Petro.
“Kita membutuhkan kemenangan besar tahun depan,” ujarnya, merujuk pada pemilu presiden Kolombia yang dijadwalkan berlangsung pada 2026. (AFP/Z-2)