
Pemerintah terus mendorong penggunaan sustainable material di sektor industri, salah satunya melalui pengembangan bioplastik untuk menekan ketergantungan terhadap plastik konvensional, termasuk dalam industri kemasan. Penggunaan material daur ulang ini menjadi bagian dari strategi percepatan menuju ekonomi sirkular yang disusun oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Demikian diungkapkan Kepala Pusat Industri Hijau Kemenperin, Apit Pria Nugraha dalam diskusi Shaping a Sustainable Future for Plastics yang merupakan rangkaian pameran Allpack Indonesia 2025 di Jakarta, Rabu (22/10).
Apit menjelaskan, pemerintah kini fokus memperluas pasar dan menciptakan permintaan (demand creation) terhadap produk bioplastik nasional yaitu biodegradable atau bio-based, tetapi semua material yang berunsur bioplastik. Tujuannya, konsumsi plastik konvensional bisa turun. Bioplastik adalah jenis plastik yang terbuat dari bahan baku terbarukan seperti pati jagung, tebu, singkong, dan minyak nabati, bukan dari bahan bakar fosil seperti plastik konvensional yang berbahan minyak bumi, gas alam, dan batu bara.
Sebagai langkah awal, regulasi baru sedang disiapkan untuk mendorong penggunaan material berkelanjutan di sektor kemasan. Salah satu opsi yang dikaji adalah kewajiban penggunaan bahan ramah lingkungan dengan persentase tertentu pada produk industri.
Allpack Indonesia 2025 yang memasuki tahun ke-24, merupakan pameran internasional terbesar di Asia Tenggara yang menampilkan berbagai inovasi lintas sektor dalam industri kemasan, plastik, pengolahan, percetakan, daur ulang, dan farmasi. Pameran berlangsung pada 21–24 Oktober 2025 di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran.
Terdapat lebih dari 1.500 peserta pameran dari 30 negara, serta menargetkan lebih dari 50.000 pengunjung profesional dari 54 negara. "Pameran ini mempertemukan pelaku industri, produsen, distributor, asosiasi, akademisi, dan pembuat kebijakan untuk memperkuat rantai pasok industri dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif," kata CEO Krista Exhibitions Daud D. Salim.
Tahun ini, jumlah peserta pameran meningkat hingga 22%, mencerminkan optimisme tinggi para pelaku industri terhadap potensi pasar Indonesia dan kawasan Asia Tenggara.
Selain seminar “Shaping a Sustainable Future for Plastics” yang diselenggarakan Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas), juga dikupas tema “Packaging Trend & Innovation Towards Sustainability: The Future of Responsible Business Practices” oleh Asosiasi Indonesia Packaging Federation, yang menyoroti arah masa depan industri kemasan berkelanjutan dan pentingnya penerapan tanggung jawab lingkungan.
Ada pula paparan dari Asia Pacific Food Industry membahas perkembangan tren dan teknologi automasi (automation) terkini yang mendorong efisiensi dan inovasi di sektor pangan. (X-8)