
MEMPERINGATI Hari Mangrove Sedunia, sehari setelah hari ulang tahunnya ke-57, PT Vale Indonesia Tbk (Persero) menunjukkan bahwa pelestarian lingkungan bukan sekadar slogan. Lewat kolaborasi besar bersama TNI Angkatan Laut, pemerintah daerah, dan masyarakat, PT Vale menanam 2.000 bibit mangrove dan melakukan restorasi terumbu karang di pesisir Pasi-Pasi, Malili, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Kegiatan tersebut menjadi wujud nyata komitmen perusahaan emiten tambang nikel tertua di negara ini, terhadap praktik pertambangan berkelanjutan, sekaligus bentuk tanggung jawab sosial dan ekologis di tengah krisis iklim yang terus mengancam kawasan pesisir Indonesia.
“Kami tidak hanya menanam pohon, kami sedang menanam ketahanan untuk masa depan. Ini adalah bagian dari komitmen kami membangun pertambangan yang tidak hanya produktif, tetapi juga peduli terhadap keberlanjutan lingkungan,” tegas Abu Ashar, Wakil Presiden Direktur dan Chief Operations & Infrastructure Officer PT Vale, didampingi Adriansyah Chaniago, Chief Human Capital Officer PT Vale.
Saat ini, Indonesia memang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Namun, lebih dari 50% telah mengalami degradasi. Di kawasan pesisir Malili, hasil kajian ekologis PT Vale pada 2022 menunjukkan kondisi yang memprihatinkan. Hutan mangrovenya 647 hektare miliki kepadatan sangat rendah dengan fungsi ekologi yang menurun drastis.
Padahal, mangrove mampu menyerap karbon 3–5 kali lebih banyak dibanding hutan tropis daratan, serta melindungi pesisir dari abrasi dan badai.
Hilangnya ekosistem ini berarti hilangnya perlindungan bagi masyarakat pesisir yang sangat bergantung pada laut untuk penghidupan dan ketahanan pangan. “Kondisi ini adalah alarm. Jika ekosistem pesisir rusak, maka bukan hanya lingkungan yang terdampak, tapi juga ekonomi masyarakat,” ungkap Direktur Hubungan Eksternal PT Vale Endra Kusuma.
Bukan hanya menanam mangrove, perusahaan yang dulu dikenal dengan INCO dan berbasis di Sorowako Luwu Timur tersebut, Sabtu (26/7), bersama Lantamal VI Makassar, Pemeritah Kabupaten Luwu Timur, Balai Sumber Daya Pesisir dan Laut Makassar, Yayasan Konservasi Cinta Laut Indonesia (YKCLI), dan Sorowako Diving Club, melakukan transplantasi 50 struktur terumbu karang (spider) dan membangun 20 rumah karang (nursery) di kawasan Mangkasa Point.
Lantaran, terumbu karang yang sehat hanya tersisa 30,86 hekater dari 111 hektare terumbu karang yang ada. Demikian pula ekosistem lamun yang tersisa hanya 0,88%.
“Restorasi ini bukan akhir, melainkan awal. Setiap mangrove yang tumbuh dan terumbu yang pulih adalah bukti bahwa industri bisa menjadi bagian dari solusi iklim,” tambah Abu Ashar.
Bukan kali ini saja PT Vale menanam mangrove. Tahun lalu, dalam rangka Hari Ozon Sedunia, perusahaan ini juga menanam 1.000 bibit Rhizophora mucronata dan Rhizophora aviculata di lokasi yang sama. Penanaman disertai pelepasan kepiting bakau, untuk menambah nilai ekologis kegiatan.
Apresiasi datang dari berbagai pihak. Masdin, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Luwu Timur, yang hadir mewakili Bupati Luwu Timur, mengatakan, PT Vale bukan hanya pelaku industri, tapi juga mitra strategis dalam menjaga lingkungan. "Semoga langkah ini jadi inspirasi bagi semua pihak,” katanya.
Sementara itu, Danlantamal VI Makassar, Brigjen (Mar) Wahyudi, menekankan bahwa menjaga wilayah perairan, termasuk ekosistem pesisir. Itu juga bagian dari pertahanan negara. “Penanaman mangrove ini penting, bukan hanya untuk lingkungan, tapi juga untuk membentuk karbon alami yang kini sangat dicari dunia. Ini kekuatan pertahanan laut kita,” tukasnya.
Wahyudi menjelaskan, TNI Angkatan Laut memiliki tanggung jawab moral dan strategis dalam menjaga wilayah perairan termasuk ekosistem pesisir melalui Lantamal VI yang secara aktif dalam program pelestarian pesisir dan pembinaan potensi wilayah maritim.
“Namun kami sadar bahwa tugas besar ini tidak bisa dijalankan sendiri sehingga sinergi lintas sektoral antara TNI, pemerintah, dunia usaha seperti PT Vale dan masyarakat sipil menjadi kunci untuk memastikan warisan laut dan pesisir bisa dinikmati oleh generasi mendatang,” ungkap Wahyudi.
Kepala Desa Pasi-pasi, Sofian Ibnu Hasim, juga mengungkapkan antusiasmenya. Baginya, kegiatan penanaman mangrove dan peremajaan terumbu karang sangat bermanfaat. "Kami ingin melanjutkan dan berharap bisa memperluas penanaman mangrove di desa kami,” akunya.
Sejak 2022, YKCLI bersama PT Vale sudah melakukan riset dan rehabilitasi di kawasan Pasi-pasi dan kawasan lainnya. Menurut pendiri YKCLI, Muhammad Reza, hingga 2025 mereka telah menanam lebih dari 3.000 pohon mangrove, dengan target tahun ini mencapai 5.000–10.000 pohon.
Sebagian kegiatan difokuskan di Pulau Buluk Poloi, yang kini menjadi kawasan konservasi dengan luas sekitar 1.580 hektare. Sementara di kawasan Pasi-pasi, dari total pesisir seluas 600 hektare, hanya 31 hektare yang masih memiliki terumbu karang hidup.
"Khusus transplantasi tahun lalu di lokasi ini mencapai 98% keberhasilan, berkat perawatan intensif bulanan dan keterlibatan masyarakat lokal dalam setiap prosesnya," tutup Reza.
Sebelum kegiatan menanam manrove bertema 'Pesisir Letari Warisan Abadi', berakhir, Abu Ashar berpesan, " “Kami percaya, tambang yang baik bukan hanya menghasilkan, tapi juga menjaga. Inisiatif ini adalah amal jariah, untuk lingkungan, untuk masa depan." (H-1)