
MESKI puluhan tahun riset telah dilakukan soal obesitas, para ilmuwan masih belum sepenuhnya memahami apa yang sebenarnya terjadi di dalam tubuh saat seseorang menurunkan berat badan.
Kini, sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Nature membawa angin segar. Penelitian ini menunjukkan penurunan berat badan tak hanya mengurangi lemak tubuh, tapi juga mengubah jaringan lemak hingga ke tingkat sel. Bahkan, jaringan lemak ini tampak seperti "diremajakan".
Namun, penelitian juga mengungkap penurunan berat badan tidak serta merta menghapus semua jejak buruk yang ditinggalkan obesitas. Beberapa penanda biologis dari kondisi obesitas, seperti sel pemicu peradangan, tetap bertahan meski berat badan sudah turun.
“Yang menarik adalah kami bisa melihat sisi baik dan buruk dari penurunan berat badan secara bersamaan,” kata Dr. William Scott, peneliti utama dari Imperial College London.
Scott berharap hasil ini dapat membantu pengembangan obat di masa depan yang mampu memaksimalkan manfaat penurunan berat badan sekaligus meminimalkan efek jangka panjang dari obesitas.
Mengintip Lemak dari Dalam Sel
Untuk memahami apa yang terjadi pada jaringan lemak setelah penurunan berat badan, tim peneliti menganalisis sampel lemak perut dari 25 orang dengan obesitas sebelum dan sesudah menjalani operasi bariatrik. Sampel dikumpulkan antara lima hingga 18 bulan pascaoperasi, ketika rata-rata peserta telah kehilangan sekitar 25 kilogram berat badan.
Data tersebut kemudian dibandingkan dengan jaringan lemak dari 24 orang dengan berat badan normal, serta dengan peta referensi jaringan lemak putih tubuh yang telah dipublikasikan sebelumnya.
Dengan menggunakan teknik single nucleus RNA sequencing, para ilmuwan mengamati lebih dari 170.000 sel dalam jaringan lemak dan menganalisis aktivitas gen di dalamnya — sebuah metode yang memungkinkan mereka memahami bagaimana sel-sel ini "berkomunikasi" dan merespons kondisi tubuh saat itu.
Berbeda dari anggapan umum, jaringan lemak bukanlah tumpukan pasif. Ia terdiri dari berbagai jenis sel seperti adiposit (sel lemak), sel imun, pembuluh darah, dan sel saraf yang berinteraksi dan berperan penting dalam mengatur metabolisme, nafsu makan, dan kesehatan secara keseluruhan.
Remajakan Sel Lemak dan Daur Ulang Lemak Jahat
Salah satu temuan paling menarik adalah bahwa jaringan lemak pada tubuh obesitas cenderung mengalami penuaan sel (senescence), kondisi di mana sel menjadi rusak dan tidak berfungsi optimal. Sel-sel ini diyakini memicu peradangan kronis dan jaringan parut yang terkait dengan penyakit akibat obesitas.
Namun setelah penurunan berat badan, aktivitas sel-sel tua tersebut tampak berkurang. “Tubuh seolah membersihkan sel-sel rusak dan meregenerasi jaringan,” kata Scott. “Kami tahu ini mungkin terjadi, tapi tidak menyangka skalanya sebesar ini.”
Tak hanya itu, penelitian juga menemukan bahwa penurunan berat badan mengubah cara sel lemak memproses molekul lemak (lipid). Ketika kapasitas penyimpanan lemak dalam jaringan lemak terlampaui, lipid bisa menumpuk di organ seperti hati dan pankreas, memicu resistensi insulin dan penyakit metabolik.
Kini diketahui bahwa sel lemak tidak hanya memecah lipid, tapi juga mendaur ulangnya menjadi molekul baru yang berpotensi membakar energi dan mencegah lemak berbahaya menumpuk di organ vital.
Tidak Semua Kerusakan Bisa Diperbaiki
Meski banyak perubahan positif, ada juga jejak obesitas yang masih tertinggal. Peneliti menemukan bahwa sel imun — yang kerap masuk ke jaringan lemak dan memicu peradangan — tetap ada setelah berat badan turun.
“Obesitas mengubah sistem sel kita secara permanen. Ada semacam ‘memori’ yang tertanam di jaringan lemak,” kata Scott. “Artinya, menurunkan berat badan tidak akan pernah sebaik mempertahankan berat badan sehat sejak awal.”
Meski begitu, temuan ini masih memiliki keterbatasan. Studi hanya meneliti lemak subkutan (di bawah kulit), bukan lemak viseral yang mengelilingi organ dalam dan dikenal lebih berbahaya.
Dr. Francesco Rubino dari King's College London menambahkan bahwa perubahan sel yang diamati bisa jadi dipicu oleh operasi bariatrik itu sendiri, bukan penurunan berat badannya. Ia menegaskan bahwa fokus pengobatan obesitas seharusnya tidak hanya pada angka di timbangan.
“Kita terlalu sering menganggap bahwa semakin banyak berat yang hilang, semakin baik hasilnya. Itu tidak selalu benar,” kata Rubino. “Penurunan berat badan sedikit pun bisa memberikan manfaat besar bagi kesehatan metabolik.” (Live Science/Z-2)