
GELOMBANG kekerasan sektarian kembali mengguncang Suriah, menempatkan komunitas minoritas Druze di pusat konflik yang kian memanas dengan Israel. Puluhan orang tewas dalam bentrokan antara milisi Druze dan pasukan pemerintah di kota Suwayda, selatan Suriah, memicu intervensi militer Suriah dan serangan balasan Israel.
Apa yang Terjadi?
Bentrok pecah akhir pekan lalu antara milisi Druze dan suku Badui di Suwayda, menewaskan sedikitnya 30 orang. Pasukan pemerintah Suriah, dibantu kelompok Islamis sekutu Presiden Ahmed al-Sharaa, masuk ke wilayah tersebut.
Israel, yang mengklaim bertindak untuk melindungi Druze, merespons dengan melancarkan serangan udara terhadap pasukan pemerintah Suriah. Serangan lanjutan pada Rabu bahkan menghantam gedung Kementerian Pertahanan dan area dekat istana presiden di Damaskus.
Suriah mengecam serangan tersebut sebagai “pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan,”. Israel memperingatkan akan meningkatkan serangan jika pasukan pemerintah tidak mundur dari Suwayda.
Siapa Komunitas Druze?
Druze adalah sekte Arab berjumlah sekitar satu juta orang yang tinggal di Suriah, Libanon, Israel, dan Dataran Tinggi Golan. Mereka menganut cabang unik Islam yang tertutup bagi konversi atau perkawinan campuran.
Di Suriah selatan, Druze mayoritas tinggal di Provinsi Suwayda. Mereka pernah terjepit di antara rezim Assad dan kelompok ekstremis selama perang saudara. Lebih dari 20.000 Druze juga tinggal di Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah yang direbut Israel pada 1967 dan dianeksasi pada 1981.
Ratusan Druze dari Golan dilaporkan menyeberang ke Suriah pekan ini untuk mendukung komunitas mereka di Suwayda.
Mengapa Pasukan Suriah Bentrok dengan Druze?
Presiden baru Suriah, Ahmed al-Sharaa, menjanjikan inklusi politik, namun pasukan pendukungnya yang berhaluan Islam radikal kerap menargetkan minoritas. Upaya pemerintah untuk melucuti milisi Druze dan mengintegrasikannya ke militer nasional ditolak keras, karena mereka ingin tetap mempertahankan senjata dan otonomi.
Kurangnya perwakilan Druze di pemerintahan baru juga memperdalam ketegangan. Sejumlah pemimpin Druze bahkan meminta perlindungan internasional. Meski sempat ada kesepakatan gencatan senjata baru pada Rabu, sebagian pemimpin Druze menolak dan menyerukan perlawanan.
Mengapa Israel Turut Campur?
Israel menyatakan memiliki “ikatan persaudaraan” dengan komunitas Druze di Suriah, yang berhubungan keluarga dan sejarah dengan 130.000 warga Druze di Israel utara. Sejak 1957, pria Druze di Israel wajib mengikuti wajib militer dan banyak yang menduduki posisi penting di militer serta kepolisian.
Pemerintah Israel juga secara sepihak mendeklarasikan zona demiliterisasi di selatan Suriah untuk mencegah penguatan pasukan yang dianggap mengancam perbatasannya. Namun, Damaskus menolak deklarasi tersebut dan menuntut Israel menghentikan serangan yang melanggar kedaulatan.
Apakah Ada Harapan Normalisasi?
Sejak jatuhnya rezim Bashar al-Assad pada Desember 2024, Israel memperluas wilayah kontrolnya di Suriah sambil terus melancarkan serangan untuk mencegah kebangkitan milisi. Ini terjadi di tengah upaya Amerika Serikat mendorong Suriah masuk ke perjanjian Abraham Accords untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.
Meski ada pembicaraan langsung maupun tidak langsung antara Israel dan pemerintahan baru Suriah, serangan udara berulang justru memperumit peluang kesepakatan damai. Netanyahu bahkan tetap menyebut pemerintahan baru di Damaskus sebagai “rezim Islam ekstremis” yang mengancam keamanan Israel. (CNN/Z-2)