HUMAN Resources Association (HRA) Bali sukses menggelar HR Convention (HRCon) 2025 di Renaissance Bali Uluwatu Resort & Spa. Ajang tahunan yang mempertemukan lebih dari 350 pimpinan HR dan bisnis sektor hospitality se-Indonesia ini mengangkat tema Purpose-Centric Leadership - Harnessing People Potential for Sustainable Impact.
Salah satu sesi yang menarik perhatian peserta diisi oleh Yasser Muhammad Syaiful, Managing Director ELSA Speak Indonesia. Ia membawakan materi bertajuk From Iconic Service to Revenue Growth: How AI-Powered English Training Impacts the Bottom Line, yang menyoroti bagaimana keterampilan komunikasi efektif khususnya dalam bahasa Inggris dapat berdampak langsung pada loyalitas tamu dan pertumbuhan pendapatan.
Yasser mencontohkan tradisi sederhana warm towel service milik Singapore Airlines. Menurutnya, layanan kecil namun berkesan semacam itu membangun pengalaman mendalam bagi penumpang.
“Iconic service bukan hanya soal keramahan, melainkan bagaimana setiap interaksi meninggalkan kesan. Komunikasi efektif menjadi inti, dan AI kini bisa menghadirkan pelatihan bahasa Inggris yang relevan, personal, sekaligus berpengaruh pada kinerja bisnis,” ujar Yasser melalui keterangannya, Selasa (19/9).
Data UNWTO mencatat keterampilan bahasa Inggris yang kuat terbukti meningkatkan kualitas layanan dan ulasan positif. Sementara riset Qualtrics memperkirakan kerugian global akibat layanan buruk mencapai US$4,7 triliun per tahun. Hal serupa ditegaskan studi Harvard yang menyebutkan penurunan satu bintang dalam rating hotel dapat menurunkan pendapatan tahunan hingga 10%.
Di Indonesia, survei ELSA menemukan 94,4% hotel belum pernah mengadopsi pelatihan bahasa Inggris berbasis AI yang hyper-personalized. Padahal, inefisiensi waktu, keterbatasan skala, dan kurang relevannya konten menjadi tiga tantangan utama pelatihan bahasa di industri perhotelan.
Director of Human Resources Nusa Dua Beach Hotel & Spa sekaligus Head of Government Relations HRA Bali, Sudiasih, membagikan pengalamannya. Menurutnya, pendekatan kontekstual berbasis AI membuat partisipasi karyawan meningkat tajam.
"Materi yang sesuai kebutuhan industri dan fleksibilitas belajar membuat karyawan lebih mudah mengembangkan keterampilan bahasa Inggris. Hal ini berpengaruh langsung pada reputasi hotel di mata tamu internasional,” ujarnya.
ELSA memanfaatkan teknologi speech analyzer dan simulasi role-play untuk mendekatkan karyawan dengan situasi nyata. Karyawan front office, misalnya, dapat berlatih menghadapi tamu asing yang menyampaikan komplain. Fleksibilitas belajar 24/7 melalui gawai pribadi juga membuat pelatihan tidak terganggu oleh padatnya operasional hotel. Implementasi di sejumlah jaringan hotel di Indonesia menunjukkan hasil nyata, yakni peningkatan rata-rata 19% skor English Proficiency Score (EPS) hanya dalam tiga bulan, setara lonjakan dua hingga tiga tingkat kemampuan bahasa.
Keikutsertaan ELSA di HR Convention 2025 menegaskan pentingnya kolaborasi antara pelaku teknologi edukasi dan asosiasi profesional SDM pariwisata. Bagi Bali, yang setiap tahun mencatat pertumbuhan wisatawan mancanegara hingga 20 persen, peningkatan kualitas komunikasi internasional menjadi kebutuhan strategis.
"Teknologi tidak pernah menggantikan human touch yang menjadi ciri khas hospitality Bali. Justru dengan AI, kita memperkuat identitas itu dan memastikan bisnis tumbuh berkelanjutan,” tutup Yasser. (E-4)